Alam Sutera DOCTORS

Dr. dr. Najib Advani, Sp.A(K), M Med (Paed)

Doctor

Dokter Spesialis Anak - Jantung / Cardiologist Pediatrician dan juga sebagai Dokter Spesialis Penanganan Penyakit Kawasaki Disease

Dr. dr. Najib Advani, Sp.A(K), MMed(Paed) kelahiran 26 April silam ini memiliki minat dibidang ilmu kesehatan anak dan khususnya jantung anak. Ia sebagai lulusan dokter umum tahun 1979 dan dokter spesialis anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 1989. ia sempat memperdalam ilmu kesehatan anak dan jantung anak di Belanda (Sophia Children's Hospital, Erasmus University, Rotterdam, 1997) dan Australia (Royal Children's Hospital, University of Melbourne, 1997-1998), tempat ia meraih gela MMed.Paed (Master of Medicine in Paediatrics, master dalam ilmu kesehatan anak dengan pendalaman dibidang jantung dan anak). ia juga mendapat pengakuan sebagai dokter spesialis anak konsultan jantung anak pada tahun 1999. sempat juga mengikuti pelatihan kardiologi anak di Amerika Serikat (2006).

Dosen senior di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini selanjutnya berhasil meraih gelar doktor (S3) dibidang penyakit Kawasaki dengan pengalaman yang luas, dan ditunjuk sebagai ketua registri penyakit Kawasaki untuk tingkat Asean. Pengalaman kerjanya luas dan bervariasi, mulai dari Puskesmas tanpa listrik di daerah terpencil hingga rumah sakit kelas dunia di Belanda dan Australia. ia juga pernah menjabat sebagai ketua dokter jantung anak Indonesia (UKK Kardiologi) selama 2 periode. Dan juga banyak sekali simposium mauoun loka karta telah diikutinya didalam maupun diluar negeri, baik sebagai pembicara maupun peserta. 

 

 

  • Pelatihan International Patient Safety Goal
  • Pelatihan Hand Hygiene
  • Pelatihan Basic Cardiac Life Support

Pengalaman Kerja 

  • Omni Alam Sutera
  • Siloam Hospital Karawaci
  • RS Bintaro

Specialities 

  • S1 Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia.
  • S2 Spesialis Anak, Universitas Indonesia.

Member 

  • Anggota IDI 
  • Anggota IDAI
  • Deteksi Dini Penyakit Kawasaki

    Banyak kasus penyakit kawasaki (PK) yang terlambat, bahkan tidak terdiagnosis di Indonesia, padahal angka kejadiannya, termasuk di Jateng, cukup tinggi, diperkirakan 6 ribu kasus per tahun. Hal yang paling ditakuti

    Read More

    Banyak kasus penyakit kawasaki (PK) yang terlambat, bahkan tidak terdiagnosis di Indonesia, padahal angka kejadiannya, termasuk di Jateng, cukup tinggi, diperkirakan 6 ribu kasus per tahun. Hal yang paling ditakuti dari penyakit itu yang terutama menyerang balita adalah komplikasi ke jantung, yang bisa menyebabkan kematian.

    TIDAK ada salahnya para orang tua di Jateng untuk waspada mengingat bukan tak mungkin penyakit yang namanya mengambil nama penemunya pada 1967, Tomisaku Kawasaki, menyerang anak Anda. Penyakit itu juga disebut mucocutaneous lymphnode syndrome karena menyebabkan perubahan khas pada membran mukosa bibir dan mulut, disertai pembengkakan kelenjar limfe yang diikuti rasa nyeri.

    Kebanyakan kasus itu ditemukan di Asia Pasifik. Sekitar 40% kasus menyerang anak di bawah umur 4 tahun. Prevalensi di Amerika Serikat adalah 19 dari 100 ribu anak, dan di Jepang angkanya jauh lebih tinggi, yakni 175 dari 100.000 anak terkena penyakit ini. Anak laki-laki lebih sering terkena dibandingkan dengan anak perempuan, dengan ratio 1,5 : 1.

    Dr dokter Najib Advani dalam International Symposium on Kawasaki Disease di San Diego Amerika Serikat pada Februari 2005 melaporkan belum ada kasus penyakit itu di Indonesia. Dia yang pakar penyakit jantung anak FKUI/ RSCM bersama rekan-rekannya kemudian melakukan penelitian studi restropektif di dua rumah sakit di Jakarta.

    Dalam penelitian untuk menemukan pola-pola penyakit tersebut, dia bersama timnya menemukan 27 pasien yang dikonfirmasi secara klinis terdiagnosis terkena penyakit itu. Sejak itu, negara kita dimasukkan dalam peta dunia penyakit kawasaki. Terlebih pada 2009 ditemukan 5.000 kasus. Meskipun jumlah penderita cukup menonjol, penyebab penyakit itu hingga kini belum diketahui secara pasti.

    Beberapa peneliti hanya bisa menduga-duga penyebabnya adalah racun yang dikeluarkan kuman tertentu, kendati belum ada bukti kuat yang mendukung dugaan tersebut. Dugaan lain adalah peran dari faktor genetik dan sistem imunitas penderita. Karena itu, cara pencegahannya pun secara spesifik belum diketahui.  

    Terapi Dini

    Dokter hanya bisa menyarakankan perlunya menjaga daya tahan tubuh anak agar tidak terinfeksi penyakit itu, yang tidak terbukti menular. Kita bisa mengenali secara dini tanda dan gejala penyakit itu, yaitu demam diawali dengan suhu tubuh mendadak tinggi, bisa sampai 41 derajat Celcius; naik turun selama 5 hari meskipun sudah diberi obat penurun demam.

    Setelah itu timbul bercak-bercak merah di badan mirip tanda penyakit campak. Mata merah tetapi tidak berair atau berlendir. Bibir juga berwarna merah, kering, dan pecah-pecah, serta lidah dan selaput lendir berwarna merah stroberi (strawberry tongue).

    Pemeriksaan laboratorium meski dapat membantu, tetap tidak dapat memastikan diagnosis penyakit tersebut. Bahkan pada fase penyembuhan, trombosit meningkat dan ini memicu terjadinya pembekuan darah yang bisa menyumbat pembuluh koroner jantung. Karena itu, sebaiknya penderita dirawat di rumah sakit guna mengatasi mengurangi kemungkinan timbulnya komplikasi jantung.

    Yang tidak bisa dianggap sepele adalah cara pencegahan spesifik penyakit itu yang hingga kini  belum diketahui. Kita hanya bisa menjaga daya tahan tubuh anak agar tidak terinfeksi. Bila kita curiga anak menderita penyakit kawasaki, segera periksakan ke dokter untuk memastikan diagnosisnya sehingga mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat.

    Diagnosis dan terapi dini memegang peranan yang sangat penting sehingga pengobatan dapat dilakukan secepatnya. Kecepatan bertindak itu juga penting guna mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi yang ditakutkan adalah kelainan jantung, antara lain bisa lewat peradangan pembuluh darah yang akhirnya menyebabkan kelainan pada arteri koroner, yaitu pembuluh darah besar yang sangat penting untuk memasok darah dari jantung ke seluruh tubuh.

  • Waspadai Penyakit Jantung Bawaan

    Kompas.com - Kegembiraan karena lahirnya si buah hati tak berlangsung lama di rumah Ny. Dinda. Pasalnya, dokter menyatakan bahwa anaknya menderita Penyakit Jantung Bawaan (PJB). Ia tak kunjung mengerti, mengapa

    Read More

    Kompas.com - Kegembiraan karena lahirnya si buah hati tak berlangsung lama di rumah Ny. Dinda. Pasalnya, dokter menyatakan bahwa anaknya menderita Penyakit Jantung Bawaan (PJB). Ia tak kunjung mengerti, mengapa hal ini bisa terjadi pada anaknya? Menurut dr. Najib Advani, Sp.AK, MMed.,Paed. , 1 diantara 125 bayi yang lahir hidup menderita PJB. "Penyakit ini tidak memandang tingkat sosial ekonomi atau ras. Tidak pandang bulu, risikonya sama." Penyebab PJB paling banyak adalah multifaktoral. Penyebab multifaktoral bisa karena pengaruh dari ibu saat hamil. Misalnya waktu hamil ibu terkena infeksi rubella.

    "Kalau ini terjadi pada trimester pertama kehamilan, maka kemungkinan bayi yang dikandung akan menderita PJB, disamping akibat lain rubella, seperti kebutaan," ujar dokter konsultan ahli jantung anak dari Bagian Kesehatan Anak FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Penyebab lain adalah ibu yang suka minum minuman beralkohol saat hamil, ibu yang menderita diabetes mellitus, atau ibu yang mengkonsumsi obat-obat tertentu saat hamil, seperti obat-obat hormon. "Misalnya pil KB tertentu. Si ibu mungkin tidak tahu ia sudah hamil dan terus saja minum obat KB. Nah, hal ini diduga akan menyebabkan anak menderita PJB." Kendati sulit diketahui penyebabnya, PJB dapat dideteksi sejak janin masih dalam kandungan berusia 18 minggu.

    Biasanya pemeriksaan dilakukan dokter jantung anak dan terutama deteksi dilakukan untuk ibu yang cenderung anaknya menderita PJB. Misalnya, jika anak pertama menderita PJB, maka pada kehamilan kedua kemungkinan bayi juga menderita PJB. Atau jika ibunya diketahui terkena rubella waktu hamil.

    Selain itu, ibu penderita PJB, maka kemungkinan anaknya terkena PJB akan lebih besar dibandingkan anak dari ibu yang tidak menderita PJB. "Kemungkinannya 3 persen atau satu di antara seratus. Ada juga jenis PJB yang kemungkinan diturunkan ke anaknya sekitar 10 persen."

    Mudah lelah

    Jenis PJB, menurut Najib, sangat beragam. Variasinya bisa lebih dari 20, dan masing-masing memberikan gejala yang berbeda. Paling sering ditemukan kasus terdapatnya celah atau lubang pada sekat antara bilik kiri dan kanan atau sekat antara serambi kiri dan serambi kanan jantung. "Jika lubang atau celahnya kecil, kemungkinan akan menutup sendiri," jelas konsultan ahli rubrik Tanya Jawab Kesehatan Anak nakita ini. Untuk itu, terang Najib, anak penderita PJB akan dilihat perkembangannya. Bila membaik, sampai usia 2-3 tahun, mungkin tak perlu operasi. "Tapi bila celah terus membesar dan pertumbuhan fisik anak terganggu, maka mungkin sebelum satu tahun harus dioperasi."

    Jenis lain adalah adanya penyempitan pada saluran keluar atau katup saluran keluar dari jantung. Bisa juga letak pembuluh darah yang tidak normal sehingga pembuluh darah ke paru-paru bertukar tempat dengan pembuluh darah ke badan atau disebut transposisi pembuluh nadi besar."Akibatnya, badan tidak mendapat oksigen karena semua oksigen lari ke paru-paru. Bila ini terjadi tentu semua fungsi organ akan terganggu." Biasanya ini harus dioperasi pada minggu-minggu pertama setelah bayi lahir. Lebih lanjut Najib menerangkan bahwa secara garis besar, PJB dibagi dalam 2 kelompok; PJB biru dan tidak biru. PJB biru biasanya lebih berat. Gejala PJB biru sudah ketahuan ketika bayi baru lahir. "Misalnya bibir atau kukunya berwarna biru. Nah, kita harus pikirkan kemungkinan anak terkena PJB."

    Ada juga bayi baru lahir langsung sesak nafas. "Ini harus dioperasi beberapa hari setelah lahir. Kalau tidak, ia bisa tidak tertolong." Gejala lain pada PJB berat, anak mudah lelah. Pada bayi yang masih minum ASI, akan terlihat bahwa ia tidak kuat lama menetek. Sebentar berhenti untuk beristirahat, baru kemudian menetek lagi. Sedangkan pada anak yang lebih besar, ia akan kelihatan tidak kuat bermain lama-lama, mudah lelah, dan dadanya gampang berdebar-debar. Saat berjalan, misalnya, baru berjalan sebentar sudah berjongkok karena kecapekan. Sementara pada PJB ringan kerap muncul tanpa gejala, sehingga tak tampak saat lahir. Umumnya gejala yang muncul adalah anak sering batuk pilek atau panas yang tidak sembuh-sembuh.

    Yang jelas, apa pun jenisnya, PJB bisa mengganggu tumbuh kembang anak. Pada beberapa kasus ditemukan fisik anak tidak tumbuh dengan baik. "Badannya kecil, ternyata setelah diperiksa ia menderita PJB. Barulah setelah dioperasi, badannya bisa besar dan gemuk." Artinya kalau pertumbuhan badannya kecil sementara pemeriksaan lain tidak menunjukkan adanya kelainan, harus diwaspadai kemungkinan PJB. Itulah mengapa, deteksi dini penting dilakukan. Misalnya, pembuluh darah yang masih belum menutup pada bayi prematur. "Kalau segera diketahui dan diberi obat, mungkin akan segera menutup. Tetapi kalau didiamkan dan baru ketahuan setelah beberapa minggu, maka tidak bisa diberi obat lagi dan harus dioperasi."

    Selain itu, jika tidak dideteksi dini, jantung yang bekerja terlalu berat bisa mengalami gagal jantung yang bisa berakibat kematian. Artinya, jantung tidak bisa lagi memompa darah sesuai kebutuhan tubuh. Pada PJB, lanjut Najib, jantung dipaksa bekerja dalam kondisi yang tidak normal. "Akibatnya, anak gampang capek. Kalau lelah dan jantung tidak sanggup lagi, akhirnya gagal jantung." Namun demikian, terang Najib, orang tua sebaiknya jangan terlalu membiarkan, tapi juga jangan terlalu overprotektif pada anak penderita PJB. Misalnya, anak menderita PJB ringan, tapi orang tua selalu melarang karena khawatir.

    "Hal ini akan mengganggu tumbuh kembang anak. Anak akan merasa dirinya lain dari yang lain, akibatnya ia akan minder." Tapi juga, orang tua juga jangan selalu membolehkan anak, demi pemanjaan atas kondisinya. "Justru orang tua harus tahu mana yang boleh dan mana yang enggak." Misalnya, untuk penderita PJB berat, tidak disarankan melakukan olahraga bersifat kompetitif. "Karena akan membuat anak lupa daratan. Ia terlalu bersemangat, sehingga energinya akan terkuras habis-habisan." Yang penting, anjur Najib, kontrol teratur. "Ikuti instruksi dan saran dokter supaya kondisi anak tidak tambah buruk. Sehingga anak bisa hidup seperti anak lain, minimal mendekati."

     

Jadwal Praktek Dokter

Senin, Rabu – Jumat : Appt

Selasa                        : 15.00-16.00 WIB

Sabtu                          : 09.00-11.00 WIB