Laparoskopi adalah suatu prosedur pembedahan invasif minimal yang memungkinkan seorang dokter melihat dan mendeteksi kelainan organ-organ intra-abdomen. Teknik laparoskopi bukanlah hal yang baru apalagi dalam ilmu kedokteran reproduktif, hasilnya lebih memuaskan pada kasus-kasus kista endometris, sehingga tingkat kehamilan lebih besar. Tujuannya untuk meningkatkan keamanan, kenyamanan dengan minimal invasif.
Laparoskopi atau pembedahan dengan minimal invasif di Indonesia kurang lebih 20-30 tahun ini kian berkembang. Yang pada awalnya banyak bertujuan sebagai diagnostik saja sekarang banyak dilakukan untuk tindakan operatif, seperti pada kasus kehamilan diluar kandungan atau kehamilan ektopik, pengangkatan mioma uteri, pengangkatan rahim atau juga pengangkatan kista ovarium.
Keuntungan perdarahan minimal, lama perawatan yang singkat, komplikasi yang rendah, luka operasi minimal dan tingkat presisi operasi tinggi. Keunggulan lainnya operator dapat memperbesar organ pada kasus ginekologi sampai 6 kali tergantung dengan jarak antara telescope dengan organ tersebut. Pada umumnya telescope yang digunakan 10 mm, sudut pandang 0 derajat sehingga medan iperasi bisa terlihat dengan jelas. Laparoskopi operatif ini selain operator yang memiliki kemampuan yang memadai juga harus mempunyai instrument atau alat-alat yang lengkap juga tum operatif yang terlatih. Dengan berkembangnya inovasi instrumen dan teknik operasi indikasi laparoskopi operatif menjadi lebih luas.
Jenis Bedah Laparoskopi
Laparoskopi Diagnostik
Laparoskopi Operatif
Diawali dengan membuat lubang didaerah umbilicus atau pusar, kemudian dimasukkan gas CO2 melalui alat yang disebut insufflator sehingga terciptalah ruang semu pada kavum abdomen. Dengan insufflator ini dapat mengontrol secara otomatis tekanan gas CO2 nya secara terus-menerus sesuai tekanan intra abdomen (12 mmHg), setelah itu dimasukkan trokar yang kemudian baru dimasukkan telescope. Gambaran organ-organ tersebut baru terlihat setelah memasukan teleskop ke dalam intra-abdomen.
Laparoskopi Diagnostik sering dilakukan jika alat-alat tes diagnostik lainnya seperti USG, X-ray idak dapat menentukan secara pasti suatu keadaan/ kelainan patologis
Laparoskopi diagnostik pertamakali oleh ahli ginekologi mendiagnosa kelainan-kelainan organ reproduksi wanita (uterus, tuba fallopi dan ovarium)
Indikasi Laparoskopi Diagnostik di bidang Ginekologi
Kausa infertility (t.u faktor tuba & peritoneum)
Kausa Nyeri Pelvis ('Pelvic Pain')
Kista Endometriosis
Kehamilan Ektopik
Tumor / massa adneksa
Kontra Indikasi, tapi tidak absolut;
Obesitas, BMI kurang dari 30 kg/m2
Riwayat operasi abdomen sebelumnya
Faktor Risiko Anestesi :
Saat makan minum terakhir (puasa)
Kelainan Jantung
Kelainan Paru
Laparoskopi Ginekologi adalah tindakan laparoskopi pada kasus penyakit kandungan. Indikasi untuk laparoskopi operatif telah diperluas dan semakin maju selama dekade terakhir ini dibandingkan dengan laparatomi.bedanya dengan laparatomi, insisi atau irisan hanya kecil biasanya 1-2 cm pada dinding perut, yang diawali didaerah pusar atau umbilicus dibuat seperti lubang. Lubang bisa dibuat 3 atau bisa 4 lubang.
Peran laparoskopi pada kasus kista endometriosis bertujuan menghilangkan gejala (dismenorhoe, infertilitas, dispareune, dll). Menghilangkan implam endometriosis atau kisata kekambuhan dan juga membebaskan atas perlengketan, serta memperbaiki struktur anatomi organ reproduksi. Untuk ukuran kista yang lebih dari 3 cm dilakukan kistektomi dengan menunggalkan jaringan ovarium yang sehat, sedangkan yang kurang sehat dari 3 cm dilakukan drainase dan dikauter.
Miomektomi mungkin dilakukan dengan laparoskopi pada kasus tertentu, khususnya di sunserosa dan mioma interstitial 1-4. saat ini, besar sejumlah tim menggunakan miomektomi laparoskopi, membuktikan bahwa teknik ini layak terus dikembangkan. Deteksi pra operatif dan evaluasi miom harus sangat teliti, dengan bantuan USG abdomen ataupun dengan USG transvaginal sehingga massa tumor dapat diprediksi sebelumnya.
Pada kasus mioma uteri dibandingkan dengan laparatomi, pada laparoskopi miomektomi memiliki kelebihan nyeri minimal, perdarahan sedikit, morbiditas rendah dan penyembuhan cepat. Tapi kelemahannya dimana bila ukuran miom lebih dari 8-10 cm berdasarkan konsensus bersama tidak dapat dilakukan dengan cara laparoskopi. Dan juga mioma uteri biasanya tidak sehari, bisa beberapa buah, itu juga yang menjadi indikasi laparoskopi. Untuk mioma uteri yang subserosa dan intertisiil adalah indikasi elektif untuk laparoskopi, sedangkan untuk mioma yang submukosum atau yang letaknya didalam rahim akan lebih baik alternatif dengan dilakukan histeroscopy juga. Teknik laparoskopi pada kasus miomektomi, prinsipnya menghindari terjadinya trauma pada jaringan sekitarnya, dikarenakan ruang operasi yang sangat terbatas.
Jadi, keuntungan tindakan laparoskopi karena luka insisi yang kecil maka luka penyembuhannya yang singkat sehingga pasien bisa cepat melakukan aktifitas seperti biasa. Dan juga perawatan di ruang rawat inap hanya sebentar dan terkadang tidak perlu di rawat lantaran rasa nyeri yang sedikit dan efek perlengketan pasca operasi lebih minimal dibandingkan dengan laparatomi. Sedangkan kerugiannya, biaya yang dibutuhkan lebih besar dikarenakan menggunakan tambahan alat-alat yang canggih. (sumber: http://www.womenandproblems.com)