Batuk Rejan Berbahaya Pada Bayi

Batuk Rejan Berbahaya Pada Bayi

Salah satu penyakit yang paling umum diderita orang adalah batuk. Kadang batuk dianggap sepele. Padahal, batuk bisa saja berakibat parah. Di samping mengganggu sistem pernafasan, bukan tak mungkin batuk mengakibatkan kematian. Utamanya pada kasus batuk rejan yang boasa diderita oleh bayi.

“Batuk rejan atau istilah medisnya bordetella pertussis atau whooping cough pada dasarnya adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri,” jelas dr. Cynthia Utami, SpA, Dokter Spesialis Anak OMNI Hospitals Alam Sutera. Penyakit ini kerap juga disebut batuk 100 hari. Penyebabnya adalah bakteri negatif atau bordatolla yang menempel di saluran pernafasan dan mengeluarkan racun atau toksin.

“Batu rejan punya gejala yang hampir mirip dengan flu. Kadang-kadang demam. Tapi tidak selalu diiringi dengan demam tinggi dan batuk. Meskipun tengaj terserang batuk, penderita seringnya masih bisa beraktivitas seperti biasa dan tak disertai pilek.” Penyakit ini dapat menyerang bayi hingga orang dewasa. Jika terjadi pada bayi, penyakit ini akan lebih berbahaya. Apalagi bila bayi belum genap berusia dua bulan dan belum mendapat imunisasi. Cynthia mengatakan penularannya dapat melalui udara. Maka itu, etika batuk menjadi penting guna mencegah penularan.

Untuk pencegahannya, sebaiknya dilakukan imunisasi pada usia 2, 4, 6, dan 18 bulan, serta 4-6 tahun. “Jika sudah diimunisasi, kemungkinan terkena penyakit ini rendah. Bilapun kena tidak akan seberat penderita yang tidak mendapat imunisasi,” imbuhnya.

Lebih rinci dijelaskan Cynthia, batu rejan memiliki tiga fase. Pertama gejala batuk rejan kataral, batuk ini menyerupai ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas), seperti batuk ringan dan terjadi 1-2 minggu. Selanjutnya ada fase paroksimal dimana batuk berlangsung selama 1-6 minggu. Ciri pada fase ini, batuknya hebat sekali. Biasa disebut whooping, batuk tak henti-henti sampai oksigen dalam paru-paru habis. Biasanya bila sudah pada fase ini, anak kesulitan minum. Terakhir ada fase konvalesens atau fase penyembuhan, yaitu batuk hingga 4 minggu, gejalanya setelah diobati lama-lama batuknya menghilang. “Tetapi tidak semua penderita batuk rejan melewati fase tersebut. Penyakit ini pun dapat mematikan apalagi jika tidak ada vaksinasi atau imunisasi,” jelasnya.

Sedangkan untuk pengobatannya, menurut Cynthia penderita dapat diberi antibiotik guna membunuh kuman atau bakteri. Selain itu, diberikan obat untuk menghentikan batu. “Jika sudah parah pasien dianjurkan dirawat. Pemberian infus dan oksigen dapat membantu penyembuhan lebih cepat. Pasien pun dianjurkan untuk istirahat yang cukup dan banyak minum air putih serta mengonsumsi makanan sehat,” tutupnya.
 

 

Doctors
Dr.Cynthia Utami