Kanker Usus Besar & Rektum (Kolorektal)

Kanker Usus Besar & Rektum (Kolorektal)

Kanker disebabkan oleh pajanan bahan-bahan yang dapat memicu terjadinya kanker (karsinogenik) yang berasal dari berbagai gaya hidup yang tidak sehat seperti pola makan. Gangguan pada metabolisme tubuh se-perti yang terjadi pada penderita obesitas dan olah raga yang kurang juga menjadi penyebab kanker. Dari sekian banyak jenis kanker, kanker kolorektal paling dipengaruhi oleh bahan-bahan karsinogenik dan gaya hidup, mengingat kolorektal selalu dilewati oleh bahan-bahan yang dapat memicu terjadinya kanker (karsinogenik) tersebut. Beberapa kebiasaan buruk seperti merokok juga dapat menyebabkan kanker yang merupakan penyebab kematian nomor dua akibat kanker ini.

Beberapa tanda dan gejala kanker kolorektal adalah adanya darah dalam feses, perubahan pola defekasi, nyeri perut sebelah bawah yang tidak hilang, bentuk feses yang panjang dan tipis seperti pensil, tes feses yang tidak normal, adanya anemia, dan penurunan berat badan yang drastis. Penyebab kanker kolorektal belum diketahui secara pasti, namun makanan merupakan faktor penting dalam proses terjadinya kanker. Makanan yang tinggi lemak terutama hewani, kurang bergerak, usia/penuaan, riwayat polip usus besar, riwayat keluarga, kegemukan, serta merokok merupakan faktor risiko kanker kolorektal.

Demikian diterangkan dr. Fajar Firsyada Sp.B-KBD yang merupakan Dokter Spesialis Bedah Saluran Cerna (Digestive) Rumah Sakit Omni Pulomas. Untuk mendeteksi kanker kolorektal secara dini, pasien harus melakukan pemeriksaan yang teratur, terutama pada mereka yang mempunyai risiko tinggi dan mempunyai riwayat gangguan pencernaan. Mengingat di Indonesia kanker kolorektal banyak terjadi pada usia muda di bawah 40 tahun maka sebaiknya pemeriksaan sudah dilakukan sejak usia 30 tahunan.

Saat ini terdapat pemeriksaan biomokuler dari sediaan feses, berupa peme-riksaan M2PK (fases), pemeriksaan ini jauh lebih sensitif daripada pemeriksaan darah samar. Beberapa prosedur deteksi dini kanker kolorektal antara lain pemeriksaan colok dubur, pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan darah samar (occult blood) secara berkala, dan pemeriksaan visual dengan kolonoskopi. Bila pada pemeriksaan MP2PK (fases) menunjukkan kecurigaan ada keganasan dari kolorektal, akan dilanjutkan dengan pemeriksaan

Kolonoskopi.

Mengenai pendekatan terhadap kan-ker kolorektal, dr. Fajar menyatakan bahwa pendekatan kanker kolorektal mencakup tiga langkah besar, yakni pencegahan primer dengan menjalani kehidupan yang bersifat antikanker berupa penghindaran (avoidance) zat-zat yang bersifat karsinogenik. Selain itu, melakukan skrining dan deteksi dini agar dapat menemukan kanker sedini mungkin, mengobati sebaik mungkin, dan mencapai angka harapan hidup sebesar mungkin. Pendekatan yang tak kalah penting adalah pencegahan sekunder, yaitu setelah kanker selesai diobati dilakukan langkah-langkah untuk mencegah terjadinya kekambuhan.

Pengobatan

Dari sisi pengobatan, penanganan kanker kolorektal bersifat multi modalitas, berupa disiplin,  pembedahan, kemoterapi dan radiasi.  Pembedahan  merupakan pilihan terapi yang utama, sedangkan kemoterapi dengan radiasi merupakan terapi tambahan. Pembedahan berupa reseksi (membuang segmen kena kanker) dengan melakukan rekonstruksi berupa penyambungan segera usus yang dipotong. Ter-utama pada stadium lanjut pembedahan dapat dibuat pembuangan di dinding perut (kolostomi) yang bersifat sementara/permanen. Pada terapi tambahan pada kasus keganasan anorektal berupa radiasi dan kemoterapi. Dalam perkembangan ilmu saat ini terdapat pengobatan berupa targeting therapy untuk keganasan kolorektal. Dalam pembuatan kolostomi, seperti diterangkan dr. Fajar, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti kemampuan fisik ostomate, kondisi abdomen, kondisi ostomate, dan tipe pembedahan stoma. Sedangkan kemoterapi pada kanker kolorektal dapat dilakukan dengan pemilihan regimen. Salah satu regimen kemoterapi yang sering digunakan adalah FOLFOX4 yang terdiri dari 5FU (Fluorouracil), Lecovorin, Oxaliplatin, Xelux dan Fonfiri.