KORANJakarta - Ramuan mikrokapsul terdiri dari molekul protein yang disebut Peptida Natriuretik tipe-C (CNP). Molekul ini secara alami tersedia di dalam tubuh yang diketahui bisa mengurangi peradangan serta membantu memperbaiki jaringan yang rusak.
Sebagian dari kita mungkin belum tahu apa itu Osteoarthritis (OA). “Osteoarthritis itu adalah radang pada sendi atau kerusakan pada tulang rawan sendi,” jelas DR dr Andri Maruli Tua Lubis SpOT (K), kepada Koran Jakarta, Rabu (21/1). Osteoarthritis meliputi nyeri sendi, nyeri tekan, kekakuan, berderit, penguncian sendi, dan kadang-kadang peradangan lokal.
Penyakit ini dapat terjadi pada seluruh sendi, baik sendi kecil maupun sendi besar di antara dua tulang. “Nyeri sendi terjadi akibat adanya radang pada sendi (osteoarthritis), ” ujar dokter yang berparaktik di OMNI Hospital Pulomas, Jakarta ini. Namun, sebagian orang awam mengatakan hal ini sebagai pengapuran lantaran pada saat tulang difoto rontgen terdapat osteofit (semacam taji).
Osteoarthritis memiliki stadium yang berbeda-beda, mulai dari derajat ringan hingga berat. Derajat ringan biasanya ditandai dengan tulang rawannya seperti lembek atau seolah berserabut dan bolong. Adapun drajat lebih berat ditandai di bawah tulang rawan terdapat tulang yang tergerus.
“Berdasarkan rontgen, stadium satu terlihat mulai penyempitan ringan celah sendinya. Stadium dua, selain penyempitan juga ada osteofit. Stadium tiga, lebih parah dari stadium sebelumnya. Stadium empat jika tulang paha dan tulang kering sudah menyatu,”terang Andri.
Penyakit ini secara umum terjadi pada lutut dan panggul. Ini dikarenakan sendi pada lutut dan panggul adalah sendi weight bearing, yaitu sendi yang menahan beban tubuh. Namun, penyakit ini juga terjadi pada bahu, tangan, atau tempat lainnya. Lalu apa yang menjadi faktor risiko sehingga terjadi osteoarthritis? Menurut Andri, penyakit ini terjadi jika bobot badan berat, kegegemukan atau obesitas. Selain itu, sering melakukan olahraga yang terlalu high impact sehingga pernah mengalami cedera pada sendinya, kaum hawa, dan faktor keturunan.
“Osteoarthritis dibagi dua, primer dan sekunder. Primer terjadi tanpa sebab yang tidak jelas. Ini biasanya terjadi pada orang tua. Sedangkan sekunder, terjadi karena faktor yang lain, misalnya, patah tulang, yang patahannya sampai ke sendi, sedangkan perbaikannya tidak benar. Ini dapat membuat osteoarthritis terjadi lebih awal, walau usianya masih muda,” jelas Andri.
Molekul Protein
Sejauh ini belum ada obat yang mujarab sembuhkan Osteoarthritis. Untuk itu, tim peneliti di Queen Mary University of London (QMUL) mengembangkan metode baru pemberian “Mikrokapsul” yang berfungsi untuk megurangi peradangan pada tulang rawan yang terkena osteoarthritis. Selain itu, mengembalikan tulang yang rusak ke jaringan.
Ramuan mikrokapsul terdiri dari molekul protein yang disebut Peptida Natriuretik tipe-C (CNP). Molekul ini secara alami tersedia di dalam tubuh yang diketahui bisa mengurangi peradangan serta membantu memperbaiki jaringan yang rusak. Para peneliti meramu mikrokapsul dengan diameter 2 mikron. Lapisan mikrokapsul ini mengandung CNP yang dilepaskan secara perlahan. Metode ini dianggap paling paling efektif dalam pengobatan Osteoarthritis.
Klaim tersebut setidaknya berdasar percobaan yang dilakukan dengan menggunakan sampel atau contoh tulang rawan yang diambil dari hewan. Hasilnya, mikrokapsul dapat memberikan anti-inflamasi CNP dengan cara yang sangat efektif.
Para peneliti percaya bahwa suntikan mikrokapsul akan dapat digunakan pada masa mendatang untuk menyembuhkan tulang rawan yang rusak pada penderita osteoarthritis. Bahkan, suntikan CPN dapat diberikan dengan mudah oleh dokter umum. Jika metode ini dapat ditransfer ke pasien secara drastis dapat memperlambat perkembangan osteoarthritis, bahkan memulai untuk memperbaiki jaringan yang rusak.
CNP saat ini tersedia untuk mengobati kondisi lain seperti penyakit tulang dan perbaikan kardiovaskular. Jika kita dapat merancang suntikan sederhana dengan menggunakan mikrokapsul, teknologi ini berati memiliki potensi untuk menjadi pengobatan yang efektif dan relatif murah yang dapat diberikan di klinik atau di rumah.
“Fokusnya bukan hanya mengidentifikasi sasaran baru yang lebih menjanjikan, karena pemberian obat ke tempat sesuai seringkali menjadi tantangan tersendiri dalam pengembangan pengobatan dan dapat menghambat pasien untuk mendapatkan obat-obatan lain yang efektif,” imbuhnya. Nah, mikrokapsul ini merupakan contoh yang baik tentang bagaimana peneliti mengembangkan pendekatan baru yang inovatif untuk mengatasi osteoarthritis.
Penyuntikan pada pasien, juga harus sesuai dengan prosedur pengobatan. Sebelum melakukan penyuntikan, yang pertama dilakukan adalah harus tahu bahan yang akan disuntikkan. Umumnya yang disuntikan adalah asam herononik atau herononik acid salah satu nama generik, produknya macam-macam. Bahan bakunya berbeda-beda, ada yang dari jenger ayam, bahan organik, dan sintetik.
Tujuan penyuntikan untuk menambah cairan. Cairan lutut yang normal itu sebenarnya ada. Namanya cairan sinofium yang dihasilkan dari sinufium-sinufium pada kapsul sendi. Fungsinya sebagai pelumas, agar sendi kita dapat bergerak dengan smooth. Cairan ini bisa berlebih juga. Jika terjadi radang, cairan ini dapat berlebih.
Terkadang ada juga pasien osteoarthritis yang disuntikan steroit. Sebenarnya langkah ini kurang baik untuk pasien. Tindakan ini boleh dilakukan jika sangat perlu, maksimal setahun tiga hingga empat kali. Sebab efek dan bahaya yang ditimbulkan adalah tulang menjadi keropos. Untuk pasien ini lebih cocok diberikan asam herononat, sejenis cairan sendi normal dan tentunya lebih bagus daripada suntuikan steroit. Cairan asam herononat yang disuntikkan, harus masuk ke dalam sendi yang dituju, sebab jika tidak maka akan sia-sia.
Ini tergantung sifat dari asam yang dimasukkan, dan mereknya macam-macam. Misalnya merek A dia harus disuntikkan lima kali (satu kali cure-nya), memang bekerjanya begitu. Ada merek B, dia tiga kali (satu curenya). Asalnya berbeda, berat jenis melekulnya berbeda. Sehingga ada yang perlu disuntik lima kali, sekali seminggu. Jadi cairan itu harus benar-benar masuk ke dalam sendi, kalau tidak maka tak efektif dan ada efek samping, menimbulkan rasa nyeri.
Soal efektivitas penyuntikan juga tergantung stadiumnya. Kalau untuk pasien stadium satu dan dua, cukup efektif, sedangkan untuk stadium tiga dan empat kurang efektif. Metode ini harus diulang setahun sampai enam bulan. Yang harus diingat adalah osteoarthritis tidak ada obatnya, yang bisa mengembalikan ke fungsi yang lebih baik. Tidak ada cara untuk menyetopnya.
Jadi, selama hidupnya, pasien akan terus berkutat dengan masalah tersebut. Kalau pun perlu joint replacement, harus ada kriterianya. Minimal dipasang pada pasien berumur di atas 65 tahun. Karena alat ini buatan manusia, bukan buatan Tuhan, jadi tak dapat regenerasi. Ada umurnya. Joint replacement itu umurnya 10 sampai 15 tahun. Misalnya, pada stadium awal, kita ini ibaratnya buying time, supaya tidak cepat-cepat joint replacement, ya kita lakukan penyuntikan.
Lantaran osteoarthritis tidak dapat disembuhkan dan belum ada obatnya, kata dia, maka yang perlu dilakukan adalah mengurangi berat badan dan modifikasi life style. Misalnya jangan melakukan aktivitas yang high impact, jika memang sudah tahu ada osteoarthritis.