PENYAKIT JANTUNG koroner terjadi ketika ada penyempitan hampir 70% pada pembuluh darah koroner. Cara mendeteksinya melalui treadmill atau CT scan, untuk melihat langsung apakah ada plak pada jantung. Untuk memastikan telah terjadi sumbatan, dilakukan kateterisasi. Sedangkan untuk mengatasi penyumbatan tersebut bisa dilakukan pemasangan ring untuk melebarkan pembuluh darahnya.
Jadi, pemasangan ring dilakukan ketika ada penyempitan di pembuluh darah koroner sebesar 70%, karena di atas angka tersebut aliran darah terganggu.
Pemasangan ring dan kateterisasi merupakan prosedur intervensi non bedah. Pemasangan kateter melalui pembuluh darah arteri di tangan, seperti saat memasang infus. Prosedur ini bisa dilakukan dengan cepat, tergantung kondisi penyempitannya. Kalau penyempitan panjang dan banyak, harus dilakukan pemasangan kateter (balon) dulu, kemudian memasang ring.
Jika penyumbatan terlalu banyak, dan tersebar di tiga pembuluh darah tersebut sehingga menimbulkan kebuntuan, salah satu pilihannya adalah operasi bypass. Masih ada beberapa cara untuk mengatasi penyakit jantung dengan peralatan, seperti pemasangan permanent pacemaker atau alat pacu jantung. Di Amerika, ada prosedur transplantasi atau cangkok jantung untuk mengatasi gagal jantung. Namun prosedur ini belum bisa dilakukan di Indonesia, karena masih terhambat donor dan berbagai faktor pendukung lainnya.
SALAH KAPRAH SOAL EKG
Selama ini EKG dianggap sebagai deteksi dini penyakit jantung koroner yang mampu menggambarkan masalah pada jantung. Padahal EKG hanya bisa menggambarkan suatu kelainan pada pasien yang sudah pernah serangan jantung atau gagal jantung. EKG lalu dilakukan saat pasien diberi exercise seperti treadmill, untuk melihat apakah EKG berubah setelah beraktivitas. EKG yang dilakukan saat istirahat tidak banyak mengungkapkan sesuatu yang berarti.