Penyakit jantung koroner (PJK) masih menempati peringkat tertinggi sebagai penyebab kematian di negara-negara maju dan berkembang, bahkan saat ini tidak jarang kita mendengar ada pasien PJK dengan usia yang relatif masih muda dan masih usia produktif. Trend ini antara lain disebabkan karena perubahan gaya hidup, seperti kebiasaan merokok (aktif maupun pasif), (sangat) jarang berolahraga, gemar menyantap makanan cepat saji dan tinggi lemak. Tumpukan plak semakin menyumbat di dalam arteri koroner, sehingga suplai darah yang dihantarkan oleh arteri koroner tersebut ke otot jantung menjadi tidak cukup. Salah satu cara mengembalikan suplai darah dengan perumpamaan membuat jembatan layang (?y-over) melewati area yang tersumbat tadi, dikenal dengan istilah bedah pintas koroner/coronary artery bypass graft (CABG). Sayangnya, masih belum banyak informasi yang benar mengenai prosedur ini di masyarakat, sehingga masih terkesan sebagai operasi yang menakutkan.
Jantung merupakan organ yang sebagian besar terdiri atas susunan otot, terus-menerus memompa darah ke seluruh bagian tubuh kita dengan jam kerja 24/7, selama manusia masih diijinkan untuk hidup. Otot yang bekerja non-stop ini juga perlu disuplai dengan nutrisi dan oksigen secara terus-menerus, dan tugas distribusi ini dilakukan oleh arteri-arteri koroner. Sehingga, sumbatan akibat penumpukan plak di dalam arteri koroner tadi akan sangat mengurangi, bahkan menghentikan sama sekali suplai darah bagi otot di area distribusi koroner tersebut.
Pada setiap peningkatan akti?tas ?sik akan disertai dengan peningkatan kerja otot jantung, dan seharusnya disertai juga dengan peningkatan suplai darah ke otot jantung melalui arteri-arteri koroner. Ketidakmampuan memberikan suplai darah yang cukup pada saat peningkatan akti?tas tadi mengakibatkan keluhan nyeri dada (angina pectoris), bahkan sampai dengan kematian mendadak/sudden death akibat henti jantung.
Sumbatan di dalam arteri koroner tadi bisa diatasi dengan 2 cara:
Bedah pintas koroner menggunakan pembuluh darah dari pasien sendiri, umumnya diambil dari pembuluh balik (vena) kedua kaki dan dari pembuluh arteri di bawah tulang tengah dada.
Teknik yang digunakan dalam bedah pintas koroner :
Terdapat indikasi medis yang membedakan apakah terhadap pasien yang dimaksud bisa dilakukan pemasangan stent, dan apakah pada pasien tersebut justru lebih aman dan lebih baik untuk jangka panjang bilamana langsung dilakukan pembedahan pintas koroner. Teknik pembedahan yang dipilih pun akan disesuaikan dengan kondisi medis pasien, misalnya modal fungsi ginjal apakah terganggu, ukuran koroner <1,5 mm, terdapat kalsi?kasi yang berat di sepanjang arteri koroner, dan letak arteri koroner tenggelam jauh di dalam otot jantung. Penyumbatan koroner yang tunggal namun bila letaknya di pembuluh koroner kiri pangkal (left main disease) diasosiasikan dengan resiko kematian yang lebih tinggi sehingga lebih dianjurkan untuk segera dilakukan bedah pintas koroner.
Pasien yang telah menjalani prosedur bedah pintas koroner harus tetap teratur untuk minum obat, memperbaiki & menjaga gaya hidupnya agar pintasan koroner yang sudah dibuat tetap awet untuk jangka waktu yang lama. Tercatat sebanyak 93% pasien pasca bedah pintas koroner mencapai patensi lebih dari 10 tahun.
CARDIOVACULAR CENTER
Cardiovascular Center merupakan salah satu layanan unggulan OMNI Hospitals Alam Sutera yang menangani permasalahan jantung dan pembuluh darah. Layanan ini dilenkapi dengan fasilitas terkini untuk melakukan screening, diagnosa maupun terapi penyakit jantung & pembuluh darah. Cardiovascular Center OMNI Hospitals didukung oleh dokter spesialis jantung & pembuluh darah, dokter spesialis penyakit dalam konsultan kardiovaskular, dan dokter spesialis bedah toraks, kardiak dan vaskular yang menjadikan Cardiovascular Center OMNI Hospitals merupakan salah satu pusat rujukan untuk penyakit jantung dan pembuluh darah.
Narasumber Artikel :
dr. Aloysisus Budi Gunawan, Sp.B-TKV
Dokter Spesialis Thoracic Cardiovascular Surgeon
OMNI Hospitals Alam Sutera