Data WHO tahun 2016 menunjukkan bahwa penyakit jantung koroner adalah penyebab kematian utama di seluruh dunia dan selama 16 thn terakhir penyakit ini selalu berada di posisi teratas sebagai penyebab kematian utama di dunia. Sedangkan di Indonesia, data tahun 2017 menyebutkan bahwa penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian kedua tertinggi setelah penyakit stroke (http://www.healthdata.org/Indonesia).
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyumbatan pada pembuluh darah koroner (pembuluh darah yang memberi suplai darah dan oksigen ke otot jantung) yang umumnya disebabkan oleh penumpukan lemak (aterosklerosis) sehingga menyebabkan penyempitan pada pembuluh darah koroner, akibatnya jantung tidak mendapatkan suplai darah dan oksigen yang dibutuhkan. Apabila aliran darah ke otot jantung ini tersumbat total maka akan mengakibatkan serangan jantung.
Gejala Penyakit Jantung Koroner
Faktor risiko Penyakit Jantung Koroner
Ada faktor-faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko seseorang menderita penyakit jantung koroner.
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi:
Jenis Pemeriksaan Jantung Koroner?
- Elektrokardiografi (EKG)?
Merupakan pemeriksaan yang paling sederhana namun cukup efektif untuk merekam irama jantung dan memberi petunjuk adanya kelainan jantung.
- Treadmill
Pemeriksaan rekam jantung pada kondisi pasien sedang beraktifitas. Dengan pemeriksaan ini, dokter dapat menilai respon jantung pasien saat mendapat beban berupa aktifitas fisik.
- Echocardiography
Merupakan pemeriksaan menggunakan gelombang ultrasound untuk melihat gambaran dan fungsi jantung secara menyeluruh.
- CT Cardiac
Merupakan pemeriksaan radiologi untuk melihat gambaran pembuluh darah jantung dengan lebih detail. Selain itu, dengan CT scan dapat dihitung deposit kalsium di dalam pembuluh darah. Kalsium dalam jumlah tertentu mengindikasikan mulai adanya penyempitan pembuluh darah.
- Coronary Angiogram (CAG)/Kateterisasi Jantung
Merupakan pemeriksaan diagnostik yang paling akurat dan masih menjadi Golden Standard untuk mendeteksi adanya sumbatan pada pembuluh darah jantung.
Penanganan Penyakit Jantung Koroner
Jika ditemukan sumbatan yang dapat membahayakan pasien, maka diperlukan tindakan lebih lanjut.
- Percutaneous Coronary Intervention (PCI)/Intervensi Koroner Perkutan
Tindakan PCI adalah tindakan pemasangan balon dan stent pada titik pembuluh darah yang tersumbat. Tujuannya adalah untuk melebarkan pembuluh darah koroner sehingga aliran darah yang semula tersumbat dapat kembali lancar dan otot jantung kembali mendapatkan suplai darah dan oksigen yang dibutuhkan.
- Coronary Artery Bypass Graft (CABG) – Bypass Jantung
Tindakan bedah jantung yaitu dengan membuat saluran pembuluh darah baru melewati (bypass) pembuluh darah yang tersumbat pada arteri koroner sehingga aliran darah tidak lagi melewati pembuluh darah yang tersumbat. Tindakan ini dilakukan pada kasus di mana penyumbatan pembuluh darah terjadi pada beberapa titik sehingga sudah tidak memungkinkan untuk dilakukan pemasangan stent.
Cara Mencegah Penyakit Jantung Koroner
Gaya hidup sehat dapat mencegah seseorang mengalami penyakit jantung koroner. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjalankan gaya hidup sehat:
- Berhenti merokok
Merokok meningkatkan risiko serangan jantung 2 kali lebih besar dibandingkan yang bukan perokok. Perokok pasif juga berisiko mengalami penyakit jantung
- Mengontrol tekanan darah
Nilai tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg. Jaga tekanan darah dengan menjaga pola makan dan rajin berolahraga.
- Perhatikan nilai kolesterol Anda
Nilai kolesterol total normal adalah 200 mg/dL, kolesterol baik atau HDL40 mg/dL untuk laki-laki dan 50mg/dL untuk wanita, sedangkan nilai kolesterol jahat atau LDL harus 130 mg/dL. Diet rendah lemak dan olahraga rutin juga dapat membantu menurunkan kolesterol jahat dan meningkatkan kolesterol baik.
- Periksa kadar gula darah Anda secara rutin
Nilai gula darah puasa normal adalah 100 mg/dL dan gula darah sewaktu adalah 140 mg/dL. Kontrol diabetes dengan diet yang sehat, olahraga, jaga berat badan, dan minum obat yang diresepkan dokter (jika diperlukan).
- Aktif berolahraga
Olahraga harus rutin dilakukan paling tidak 5 kali dalam seminggu masing-masing selama 30 menit dengan intensitas sedang. Pilih jenis olahraga sesuai dengan kemampuan dan usia Anda.
Selain mengelola faktor risiko dengan gaya hidup sehat, deteksi dini juga penting dilakukan terutama bagi Anda yang sudah memasuki usia 40 tahun. Sebaiknya lakukan Medical Check Up setidaknya setahun sekali untuk senantiasa menjaga kesehatan Anda.