• Home
  • Articles
  • Kenali Gejala, Penyebab dan Penanganan Pembesaran Prostat Jinak
Kenali Gejala, Penyebab dan Penanganan Pembesaran Prostat Jinak

Kenali Gejala, Penyebab dan Penanganan Pembesaran Prostat Jinak

Apakah Kelenjar Prostat itu?

Kelenjar prostat adalah organ reproduksi pria yang terletak pada rongga pinggul tepat di bawah kandung kemih dan mengelilingi uretra, dengan fungsi utamanya adalah mengeluarkan cairan prostat, yang merupakan salah satu komponen semen.

Pada pria berusia 21-30 thn berat dari kelenjar prostat sekitar 20 gram +/- 6 gram, dan berat ini akan tetap konstan seiring dengan bertambahnya usia kecuali jika terjadi hiperplasia prostat jinak (BPH = Benign Prostatic Hyperplasia)

Masalah kesehatan apakah yang sering terjadi pada Prostat?

  1. Pembesaran Prostat Jinak/Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
  2. Kanker Prostat
  3. Prostatitis

Apakah BPH itu?

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak adalah kondisi ketika kelenjar prostat mengalami pembengkakan, namun tidak bersifat kanker (ganas).

 

Prevalensi BPH

Peluang seorang pria untuk mengalami BPH naik seiring dengan bertambahnya usia, berikut adalah data prevalensi histologi BPH dari hasil beberapa studi otopsi di seluruh dunia :

  • Usia 30-an : 10%
  • Usia 40-an : 20%
  • Usia 60-an : 50-60%
  • Usia 70-an : 80%
  • Usia 80-an : 90%

Penyebab BPH

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang menderita BPH:

  1. Usia/faktor penuaan
  2. Ras
  3. Keturunan/genetik
  4. Gaya Hidup :
    - Pola makan : rendah serat, asupan tinggi kalori, tinggi protein, daging merah, lemak, susu/produk susu, sereal, roti, unggas dan pati
    - Aktifitas fisik yang rendah
  5. Sindrom Metabolik: obesitas dan diabetes
  6. Inflamasi kronik pada prostat

 

Tanda dan gejala BPH

Tingkat keparahan gejala yang dirasakan oleh penderita pembesaran kelenjar prostat bervariasi,  dan gejala cenderung secara bertahap memburuk dari waktu ke waktu, meliputi:

  • Kebutuhan yang sering atau mendesak untuk buang air kecil
  • Peningkatan frekuensi buang air kecil di malam hari (nocturia)
  • Kesulitan memulai buang air kecil
  • Aliran air seni lemah atau aliran yang tersendat-sendat
  • Urine menetes di akhir buang air kecil
  • Merasa tidak tuntas setelah berkemih

 

Gejala lain yang terjadi dalam frekuensi lebih jarang:

  • Infeksi saluran kemih
  • Ketidakmampuan untuk buang air kecil
  • Darah dalam urine

Munculnya gejala-gejala tersebut disebabkan oleh tekanan pada kandung kemih dan uretra ketika kelenjar prostat mengalami pembesaran.

 

Diagnosis BPH

Dalam mendiagnosis pembengkakan prostat jinak (BPH), Dokter akan menanyakan gejala yang dirasakan oleh pasien  dan kemudian untuk mengetahui ukuran kelenjar prostat maka akan dilanjutkan dengan pemeriksaan secara fisik, dimana dokter akan melakukan pemeriksaan colok dubur dan beberapa jenis tes lanjutan yang diperlukan untuk mendiagnosis BPH, antara lain:

  1. Tes Urine: analisa kemungkinan adanya infeksi
  2. Tes Darah : menilai kondisi ginjal dan kadar Prostate Spesific Antigen (PSA)
  3. Tes kelancaran urine (Uroflowmetry) : mengukur laju dan volume aliran urine
  4. USG transrektal : untuk mendapatkan gambar kelenjar prostat dan bagian di sekelilingnya secara lebih rinci guna mengetahui apakah pasien menderita BPH atau kondisi lainnya seperti kanker
  5. Biopsi Prostat : pengambilan sampel jaringan prostat pasien untuk diperiksa secara seksama dalam upaya penegakan diagnosis / menyingkirkan dugaan kanker prostat

 

Bagaimana cara penanganan BPH?

Pilihan penanganan terbaik untuk Anda tergantung pada beberapa faktor, antara lain :

  1. Ukuran prostat Anda
  2. Usia
  3. Kesehatan Anda secara keseluruhan
  4. Derajat ketidaknyamanan atau gangguan yang Anda alami

Penanganan BPH sendiri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu penanganan BPH dengan gejala ringan biasanya cukup dengan obat-obatan dan perubahan gaya hidup dan penanganan BPH dengan gejala sedang hingga parah dengan bedah invasif minimal.

Terapi Bedah Invasif Minimal

Dokter akan merekomendasikan terapi bedah invasif minimal Transurethral Resection of the Prostate (TURP) apabila pasien mengalami beberapa kondisi berikut:

  • Tingkat keparahan gejala yang dialami pasien pada derajat sedang sampai parah
  • Terapi obat tidak menghilangkan gejala yang dialami pasien
  • Pasien mengalami penyumbatan saluran kemih, batu kandung kemih, darah dalam urin atau masalah ginjal
  • Pasien memilih untuk melakukan terapi definitif/terapi yang khusus diperuntukkan untuk BPH

Transurethral resection of the prostate (TURP)

TURP adalah tindakan bedah invasif minimal yang merupakan gold standard pembedahan pada pasien  dengan BPH.

Tujuan dari operasi TURP adalah untuk mengangkat bagian-bagian kelenjar prostat yang menekan uretra dan menghalangi aliran urine.  

Bagaimana prosedur TURP?

  • Pasien akan diberikan anestesi umum  supaya tertidur, atau anestesi spinal dimana pasien tetap sadar tetapi tidak akan merasakan sakit.
  • Dokter  akan memasukkan alat yang disebut resectoscope melalui penis dan ke dalam uretra. Instrumen ini berisi cahaya dan kamera untuk membantu dokter melihat, dan loop listrik yang digunakan untuk memotong jaringan prostat  yang menekan uretra.
  • Tindakan TURP umumnya memakan waktu 60 - 90 menit.

Paska prosedur TURP

  • Di akhir prosedur operasi  Dokter akan memasang kateter di dalam kandung kemih selama 24 - 48 jam, atau sampai pembengkakan mereda dan pasien dapat buang air kecil sendiri.
  • Lama perawatan di RS dapat bervariasi dan umumnya adalah 1-2 hari

Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan:

  • Adanya darah dalam urin. Adalah normal untuk melihat darah dalam urin segera setelah operasi. Hubungi dokter jika darah dalam urin terlihat tebal seperti saus tomat,  dan perdarahan tampaknya memburuk atau aliran urin tersumbat. Gumpalan darah dapat menghalangi aliran urin.
  • Rasa sakit pada saat buang air kecil.  Pasien dapat mengalami rasa perasaan urgensi atau sering perlu buang air kecil disertai dengan rasa sakit, yang umumnya akan membaik dalam 6-8 minggu.

Rekomendasi paska prosedur TURP

  • Minum banyak air (setidaknya 8 gelas/hari) untuk membersihkan kandung kemih.
  • Mengkonsumsi makanan tinggi serat untuk menghindari sembelit dan mengejan saat buang air besar. Dokter dapat merekomendasikan obat pelembut feses.
  • Bagi pasien yang mengkonsumsi obat pengencer darah  perlu mengkonsultasikan ke Dokter sebelum melanjutkan minum obat pengencer darah kembali.
  • Hindari aktivitas berat, seperti angkat berat, selama 4-6  minggu atau sampai dokter mengatakan tidak apa-apa.
  • Tidak melakukan hubungan seks selama 4-6 minggu.
  • Tidak mengemudi sampai kateter dilepas dan tidak lagi minum obat penghilang rasa sakit.

Tindakan operasi TURP dapat meredakan gejala dengan cepat. Kebanyakan pasien  akan mengalami aliran urin yang lebih kuat dan lancar secara signifikan dalam beberapa hari.

 

Dokter Spesialis Urologi OMNI Hospitals Group 

OMNI Hospitals Pulomas

dr. Johan R. Wibowo, Sp. U

dr. Agus Mulyono, Sp.U


OMNI Hospitals Alam Sutera

dr. Aga Parardya, Sp.U

dr. Aditya Pramaviri, Sp.u 

dr. Komaruddin Boenjamin, Sp.U


OMNI Hospitals Cikarang

dr. Laudeo Dhanaba S, Sp.U


OMNI Hospitals Pekayon 

- dr. Herbayu Widyasmara, Sp.U

dr. Firtantyo Adi Syahputra, Sp.U

 

Referensi:

  1. What Does the Prostate Gland Do? Diakses pada link: https://www.livescience.com/32751-what-does-the-prostate-gland-do.html
  2. The development of human benign prostatic hyperplasia with age. Diakses pada link: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/6206240
  3. Prostate Problems. Diakses pada link: https://www.webmd.com/men/guide/prostate-problems#1
  4. Panduan Penatalaksanaan Klinis Pembesaran Prostat Jinak (Benign Prostatic Hyperplasia / BPH). Diakses pada link: https://www.medbox.org/id-guidelines-others/panduan-penatalaksanaan-klinis-pembesaran-prostat-jinak-benign-prostatic-hyperplasiabph/preview?q=
  5. Benign Prostatic Hyperplasia:An Overview. Diakses pada link: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1477638/pdf/riu007009_S003.pdf
  6. Epidemiology of clinical benign prostatichyperplasia. Diakses pada link: http://www.ajurology.com/aju/attached/file/20180205/20180205121115_473.pdf
  7. Benign Prostatic Hyperplasia. Diakses pada link: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/benign-prostatic-hyperplasia/symptoms-causes/syc-20370087
  8. From gold standard to platinum standard in BPH surgery: a perspective from a tertiary care center of the Indian subcontinent. Diakses pada link: https://www.ijsurgery.com/index.php/isj/article/view/2680
  9. Transurethral Resection of the Prostate (TURP. Diakses pada link:  https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/turp/about/pac-20384880
  10. Recovery from BPH Surgery: Expectations and More. Diakses pada link: https://www.healthline.com/health/erectile-dysfunction/bph-surgery-recovery#surgery