Tingkatkan survival pada penyakit kardiovaskular dengan teknologi terkini yang telah berkembang di dunia.
Saat ini dunia tengah berhadapan dengan meningkatnya pasien penyakit kardiovaskular yang kompleks dan lanjut. Dulu angka kematian akibat serangan jantung masih sangat tinggi, namun kini meski populasi pasien dengan lanjut usia meningkat, harapan hidup pun terus meningkat seiring dengan kemajuan teknologi dan mulai tingginya kesadaran masyarakat.
Penanganan cepat dan tanggap
Masyarakat mulai menyadari pentingnya masa kritis dalam proses penanganan serangan jantung. Pasien serangan jantung di bawah 12 jam sejak keluhan misalnya—saat ini bisa diselamatkan dengan tindakan primary Percutaneous Coronary Intervention (PCI) dengan langsung melakukan kataterisasi dan pemasangan ring pada pembuluh darah yang tersumbat yang dilakukan di rumah sakit. Dr Renan Sukmawan, ST, SpJP (K), PhD, MARS, FIHA, FACC, Ketua Komite Ilmiah ASMIHA ke-26 mengungkapkan bahwa prosedur ini telah dipahami dan dilakukan oleh banyak ahli jantung yang terlatih baik di pusat maupun di daerah.
Namun sering kali beberapa pasien datang terlambat sehingga walaupun survive dari serangan jantung tapi ada sebagian otot jantungnya telah terlanjur rusak sehingga menimbulkan gagal jantung (heart-failure). Gagal jantung juga dapat muncul akibat dari hipertensi, penyakit katup jantung, penyakit jantung bawaan dan lain sebagainya. Selain obat-obatan yang optimal, Dr. Renan juga menjelaskan mengenai beberapa teknologi terkini yang telah digunakan di dunia sebagai opsi terbaik untuk kelompok penyakit-penyakit tersebut.
Pilihan teknologi terkini atasi penyakit kardiovaskular lanjut
Saat acara ilmiah ASMIHA ke-26, Dr. Renan, yang antara lain juga berpraktek di RS OMNI Hospitals Alam Sutera ini, menjabarkan beberapa opsi teknologi terkini yang bisa diaplikasikan untuk pasien dengan end-stage heart failure (kondisi jantung yang begitu lemah, tetapi pasien masih dapat hidup). Beberapa teknologi ini telah banyak digunakan di dunia, di Indonesia sendiri ada beberapa teknologi telah diterapkan dan ada yang masih dalam proses adopsi. Tentu kita berharap bahwa teknologi ini dapat diterapkan secara keseluruhan dan meningkatkan survival akibat penyakit jantung di seluruh Indonesia,” tutur Dr. Renan.
Left Ventricular Assist Device (LVAD)
LV Assist Device ini dipasang di jantung, untuk membantu menggerakan jantung pasien yang mengalami gagal jantung. Alat merupakan pompa mekanis yang ditanamkan di dalam dada untuk melakukan pemompaan darah yang kaya oksigen ke seluruh bagian tubuh. Terdapat kabel dari bahan khusus yang akan menghubungkan alat ini dengan pengontrol komputer yang berada di luar tubuh pasien.
Cardiac Resynchronization Therapy (CRT)
Alat ini telah banyak digunakan di Indonesia. CRT berupa alat kecil yang dipasang untuk mengembalikan gerak dinding-dinding jantung agar lebih sinkron. Pada pasien gagal jantung, gerakan dinding jantung tidak sama, ada gerakan yang terlambat sehingga darah yang terpompa sedikit dan menyebabkan sesak. Alat ini akan membuat kontraksi dinding-dinding jantung lebih sinkron sehingga lebih efektif memompa darah dan mengurangi sesak.
Stem Cell
Teknologi ini mulai diterapkan di Indonesia tetapi masih dalam tahap trial. Percobaan teknologi ini dilakukan dengan mengambil stem-cell dari sumsum tulang kemudian menginjeksi secara langsung ke dalam jantung pasien atau melalui pembuluh darah menggunakan kateter. Tidak hanya penyakit jantung, stem cell juga dapat diterapkan untuk pembuluh darah, terutama pasien dengan pembuluh darah yang telah rusak.
Intracardiac Shunt Device
Teknologi berupa pemasangan alat yang digunakan untuk melancarkan aliran darah pada jantung. Misalnya jika tekanan pada ruang serambi kiri jantung tinggi maka aliran dari paru-paru susah masuk sementara bilik kiri jantung melar. Alat ini dapat membuat aliran alternatif dari serambi kiri ke kanan jantung sehingga tekanan dapat berkurang. Dengan demikian secara otomatis tekanan di paru-paru pun ikut berkurang dan rasa sesak pada pasien berkurang.
Heart Transplantation
Transplantasi jantung ini merupakan teknologi yang maju tetapi kurang populer diterapkan di dunia karena banyak faktor yang harus dipenuhi dalam prosesnya, seperti operasi yang harus dilakukan dalam 6 jam setelah donor didapat. Meski teknik untuk memasang donor jantung terbilang tidaklah terlalu rumit bagi para ahlinya, namun sistem penunjangnya seperti mendapatkan donor, sistem informasi, sistem transfer dan lain sebagainya yang masih sulit untuk dipenuhi.
Transcutaneous Aortic Valve Implantation (TAVI)
Ini digunakan untuk pasien yang memiliki masalah dengan katup Aorta nya. Terutama pada pasien usia lanjut yang tidak memungkinkan untuk dilakukan operasi. Melalui kateter yang dimasukkan ke pembuluh darah di bawah kulit, katup jantung dilewatkan hingga ke dalam jantung dan dikembangkan dengan ballon untuk mengganti katup yang lama.