Payudara merupakan salah satu bagian intim yang sangat di jaga oleh setiap wanita. Banyak wanita di Indonesia menganggap bahwa payudara yang indah akan meningkatkan kepercayaan diri. Namun, perlu diwaspadai bahaya yang ditimbulkan adalah kanker payudara dan cukup menakutkan bagi kebanyakan wanita lantaran mengakibatkan kematian.
Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah sel kanker yang menyerang jaringan-jaringan payudara. Sel ganas yang tumbuh pada jaringan payudara merupakan cikal bakal terjadinya kanker payudara. Biasanya kanker payudara menyerang wanita, dengan gejala yang diam-diam terjadi pada tubuh tanpa disadari dan diawali dengan adanya benjolan didaerah payudara. Meskipun begitu, kanker payudara pada pria juga bisa terjadi tapi dalam skala risiko yang lebih rendah dibandingkan wanita.
Menurut data organisasi kesehatan dunia (WHO), penderita kanker payudara mencapai 1,1 juta dengan angka kematian 410 ribu. Pada tahun 2012, penderita kanker payudara di Indonesia mencapai sekitar 40 kasus setiap 100.000 penduduk dan angka tersebut terus melonjak setiap tahunnya.
Kini ada cara baru untuk memperpanjang hidup bagi penderita kanker payudara yakni dengan terapi hormonal.
Apa itu Terapi Hormonal?
Terapi hormon adalah pengobatan yang efektif bagi wanita dengan kanker payudara ER-positif atau PR-positif. Terapi hormon bertujuan untuk memperlambat atau menghentikan pertumbuhan tumor sensitif dengan menghalangi kemampuan tubuh untuk memproduksi hormon atau dengan mengganggu aksi hormon. Hal inilah paling sering digunakan setelah operasi kanker payudara untuk membantu menjaga kanker datang kembali. Selain itu juga dapat digunakan untuk mengurangi kemungkinan kanker payudara berkembang pada wanita yang bersiko tinggi.
Apa saja jenis terapi hormon yang digunakan untuk kanker payudara?
Beberapa strategi telah dikembangkan untuk mengobati kanker payudara hormon-sensitif, termasuk sebagai berikut:
1. Memblokir fungsi ovarium, karena indung telur adalah sumber utama esterogen pada wanita premenopause, tingkat estrogen pada wanita dapat dikurangi dengan menghilangkan atau menekan fungsi ovarium. Memblokir fungsi ovarium disebut ablasi ovarium.
2. Ablasi ovarium dapat dilakukan pembedahan dalam operasi untuk mengangkat ovarium (disebut ooforektomi) atau dengan pengobatan radiasi. Jenis ablasi ovarium biasanya bersifat permanen.
3. Fungsi ovarium dapat ditekan sementara oleh pengobatan dengan obat yang disebut gonadotropin-releasing hormone (GnRH) agonis, yang juga dikenal sebagai luteinizing hormone-releasing hormone (LH-RH) agonis. Obat-obatan mengganggu sinyal dari kelenjar pituitari yang merangsang ovarium untuk menghasilkan esterogen.
Bagaimana pengobatan dengan terapi hormonal?
Dengan pengobatan kemoterapi, tubuh pasien diberi obat keras untuk merusak pertumbuhan dan membunuh sel kanker. Sedangkan pada terapi hormonal, produksi hormon estrogen yang memicu kanker dihentikan. Caranya dengan mengangkat indung telur atau diberi obat agar produksi estrogen terhambat.
Hormon estrogen yang diproduksi di indung telur selama ini dikenal sebagai biang keladi pemicu kanker payudara. Estrogen yang menempel pada sel dengan bakat kanker bisa membuat sel membelah lebih cepat. Semakin cepat pembelahan, kemungkinan sel tumbuh abnormal dan menjadi bibit kanker semakin besar. Sehingga stimulasi estrogen yang terus-menerus membuat sel kanker beranak-pinak.
Hormon progesteron yang juga dihasilkan oleh indung telur mempercepat proses tersebut. Maka pengangkatan indung telur dilakukan agar siklus haid terhenti. Dengan demikian setrogen dan progesteron pun tak lagi diproduksi. Alhasil, pertumbuhan sel kanker terhenti.
Selain memperpanjang umur, efek terapi hormonal tak seseram kemoterapi. Pada kemoterapi, obatnya tak cuma merusak sel kanker, tapi juga sel normal dalam tubuh. Alhasil, pasien bisa mengalami mual dan muntah, rambut rontok, kerusakan ginjal, hingga kerusakan otot jantung. Pada terapi hormonal, pasien hanya mengalami penuaan lebih cepat. Sebab sang pasien disengaja untuk menopouse dini. Sedangkan dalam hal pembiayaan. Terapi hormonal memiliki perkirakaan biaya lebih murah ketimbang biaya kemoterapi.
Bagaimana jika si pasien tidak ingin rahimnya diangkat?
Tidak masalah. Pasien bisa mengkonsumsi obat-obatan untuk mengurangi produksi estrogen dan progestreon, serta memblokade estrogen dan progesteron reseptor. Untuk penderita yang sudah mengalami menopouse, indung telur juga tak perlu diangkat. Tapi cukup dengan mengkonsumsi obat agar estrogen yang berasal dari lemak dan jaringan kulit terhambat.
Menyoal terapi hormonal pada penderita kanker payudara, OMNI Hospital Alam Sutera telah memiliki pelayanan pengobatan bagi penderita kanker payudara dengan metode terapi hormonal. Selain itu, didukung oleh dokter spesialis bedah onkologi OMNI Hospital Alam Sutera dan juga tenaga medis profesional.